Tuesday, 8th May 2012.
Rasanya bagai tertusuk duri, terbanting oleh ironi. Kesakitan yang entah luar biasa dan rasanya pun bagai melayang-layang terbang menembus batas cakarawala. Harus menjauhi batas asa yang sudah terbiasa, rasanya seperti lumpuh dari peraduan kebahagiaan. Entah bagaimana titik jemu hilang begitu saja. Hanya ada kerinduan fatamorgana yang menyelimuti puing-puing pecahan dan robekan hati yang tersisa. Tetesan airmata yang merupakan bukti hancurnya asa dan harapan yang tersisa. Rumit untuk menerka mana yang patut dilakukan. Banyak percabangan yang membuat hati semakin kalut untuk memilihnya. Bayangan akan buah simalakama hadir melengahkan harapan-harapan maya. Jauh sudah ku meninggalkanmu sendiri terbujur kaku atas kedinginan yang menyelimuti hatimu. Sudah kucoba untuk menutup mataku untuk tak melihatmu lagi. Menutup telingaku agar tak mendengarmu lagi. Tapi perasaan ini bukan malah berangsur-angsur memudar tetapi malah semakin memperkuat genggaman akar-akarnya didalam rongga dada. Semakin meluapkan tangisan untuk menghapus bayangmu, semakin bayangmu menggeliat dikepalaku. Cukup sudah semua ini, aku tak tahan untuk lengah dari asaku. Aku ingin kembali ke asaku bersamamu dibatas peraduan jarak dan waktu. Meski banyak suara-suara yang sangat bising terasa ditelinga ini. Meski banyak cercaan yang terhempas melewati cecapannya. Mendekap penuh tanya apakah masih mampu diperbaiki, mendekap penuh harap apakah ini bukan hanya sekedar ironi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar